KENDAL | Kabupaten Kendal mengalami peningkatan prevalensi stunting berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Dari yang sebelumnya sebesar 17,5% pada tahun 2022, angka stunting di Kabupaten Kendal naik sebesar 4,9% menjadi 22,4%.
Menanggapi masalah ini, pemerintah daerah Kendal mengambil langkah cepat, termasuk di Kecamatan Patean yang meluncurkan program inovatif bernama “Kepiting Madu” (Kelompok Peduli Stunting Masyarakat Dusun).
Sekretaris Camat Patean, Eko Supriyono, S.AP, M.AP, menjelaskan bahwa program Kepiting Madu adalah salah satu upaya untuk menekan angka stunting di wilayah Kecamatan Patean.
“Kami sadar bahwa penyelesaian masalah stunting tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi dengan program ini, kami berharap dapat menurunkan angka stunting secara signifikan,” ujar Eko.
Sebagai langkah awal, program ini dijalankan sebagai pilot project di dua dusun dengan prevalensi stunting tertinggi, yakni Dusun Pakisan di Desa Pakisan dan Dusun Wonokerto di Desa Kalices. “Berdasarkan data tahun 2023, kedua desa tersebut mencatatkan angka stunting yang tinggi. Oleh karena itu, kami memulai pilot project Kepiting Madu di sana,” tambahnya.
Program Kepiting Madu dirancang untuk memastikan koordinasi yang baik antara berbagai pihak terkait, dengan prioritas kerja yang jelas dan pendanaan yang transparan. Setiap dusun akan memiliki tim yang bertanggung jawab, dengan koordinator utama adalah kepala dusun. Selain itu, tim minimal terdiri dari tiga anggota, yaitu kepala dusun, bidan desa, dan perwakilan warga masyarakat.
Tim Kepiting Madu bertugas untuk segera merespons jika ditemukan kasus stunting, terutama yang disebabkan oleh penyakit bawaan. Dalam situasi seperti itu, tim akan segera berkoordinasi dengan puskesmas untuk tindakan medis yang cepat.
Program ini bertujuan tidak hanya menangani kasus stunting tetapi juga meminimalkan potensi terjadinya stunting baru melalui pencegahan dini.
Eko menambahkan bahwa evaluasi program dilakukan secara rutin setiap bulan agar semua pihak tetap berada pada visi dan misi yang sama dalam menurunkan angka stunting. Salah satu kendala utama dalam penanganan stunting selama ini adalah rendahnya kehadiran balita di posyandu. Kecamatan Patean menargetkan 92% balita hadir di posyandu, namun hingga saat ini kehadiran baru mencapai 87%.
“Kami fokus untuk meningkatkan kehadiran balita di posyandu, karena ini menjadi kunci dalam pemantauan dan pencegahan stunting,” jelasnya.
Aris Munandar, Kepala Desa Kalices, menyambut baik inisiatif Kepiting Madu ini. “Program berbasis dusun seperti ini sangat efektif. Jika ada balita yang tidak hadir di posyandu, tim langsung jemput bola mendatangi rumah warga. Hal ini sangat membantu dalam memastikan semua balita mendapat pemantauan yang diperlukan,” ujar Aris.
Suwanda, Kepala Desa Pakisan, juga mengapresiasi program Kepiting Madu. Ia yakin bahwa melalui program ini, angka stunting di desanya akan turun secara signifikan. “Dengan adanya tim yang fokus di setiap dusun, saya optimis bahwa kami bisa menurunkan angka stunting dengan efektif,” katanya.
Dukungan terhadap program Kepiting Madu juga datang dari H. Rubiyanto, ST, anggota Komisi A DPRD Kendal. Ia menilai bahwa program ini sangat layak untuk diterapkan di kecamatan lain di Kabupaten Kendal.
“Saya sudah berbicara dengan Camat Patean, dan hasilnya positif. Angka stunting di Patean mulai turun. Program Kepiting Madu ini harus segera diadopsi oleh kecamatan-kecamatan lain untuk menekan angka stunting di Kendal secara keseluruhan,” ujarnya.
Program Kepiting Madu adalah bukti nyata bahwa dengan kerja sama yang baik antara pemerintah desa, tenaga medis, dan masyarakat, upaya penurunan angka stunting dapat dilakukan secara lebih cepat dan efisien. Kecamatan Patean diharapkan dapat menjadi model bagi wilayah lain dalam menyelesaikan masalah stunting, sehingga generasi mendatang bisa tumbuh dengan sehat dan optimal.(Pujiono)