Pemimpin transformatif, menurut para pembicara, adalah mereka yang mampu menginspirasi, menggerakkan, dan memotivasi orang lain untuk mencapai visi bersama. Dalam konteks Indonesia, mahasiswa diharapkan menjadi pionir dalam menghadirkan ide-ide segar dan solusi bagi berbagai permasalahan bangsa.
Moderasi Beragama di Ruang Digital
Di era digital, perdebatan mengenai moderasi beragama menjadi salah satu isu krusial yang perlu terus didorong. Di sesi “Penguatan Moderasi Beragama di Ruang Digital,” mahasiswa dibekali pemahaman tentang pentingnya moderasi dalam menjaga kerukunan dan harmoni sosial, terutama di dunia maya yang kerap menjadi lahan subur bagi penyebaran ekstremisme dan radikalisme.
Indonesia, dengan keragaman agama dan budaya, membutuhkan pendekatan moderat dalam mengelola perbedaan. Mudasir mencatat, penguatan moderasi beragama di kalangan mahasiswa merupakan langkah penting untuk mencegah polarisasi di ruang publik, baik offline maupun online. “Di ruang digital, kami tidak hanya diajak untuk menjadi konsumen informasi, tetapi juga menjadi agen moderasi yang proaktif,” jelasnya.
Pemanfaatan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan damai dan toleransi dianggap sebagai bagian penting dari gerakan moderasi beragama di Indonesia. Mahasiswa diharapkan menjadi duta moderasi yang mampu meredam konflik berbasis agama dan menjaga persatuan di tengah perbedaan.
Bonus Demografi dan Tantangan Era Baru
Bonus demografi yang kini dinikmati Indonesia juga disorot sebagai kesempatan emas sekaligus tantangan besar. Di satu sisi, potensi usia produktif yang besar menjadi kekuatan pendorong pembangunan nasional. Namun, di sisi lain, ada tantangan berupa melemahnya mentalitas generasi muda, ketidakstabilan politik dan ekonomi, serta kecenderungan konsumtif yang masih melekat di kalangan mahasiswa.