Yogyakarta | PacuNews.com – Mbah Maridjan, atau Mas Penewu Surakso Hargo, adalah nama yang tak lekang oleh waktu dalam kisah masyarakat Yogyakarta. Lahir pada 5 Februari 1927 di Dukuh Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, ia tidak hanya menjadi seorang juru kunci Gunung Merapi tetapi juga simbol keteguhan dan pelestarian tradisi. Amanah sebagai juru kunci diterimanya langsung dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX.
Tahun 1970 menjadi awal perjalanannya sebagai wakil juru kunci, sebelum akhirnya resmi menjabat sebagai juru kunci pada tahun 1982. Mbah Maridjan adalah sosok yang dihormati oleh warga. Setiap ancaman letusan Merapi, masyarakat selalu menanti arahannya untuk keselamatan.
Keteguhan Sosok yang Melegenda
Namanya semakin bersinar sejak letusan Gunung Merapi tahun 2006. Sosoknya yang sederhana, tegas, dan setia pada tradisi menjadikannya ikon masyarakat. Ketenarannya membuat ia dipercaya menjadi bintang iklan minuman energi KukuBima Ener-G! sejak tahun 2006 hingga 2010.
Tak hanya itu, Mbah Maridjan juga memegang peran penting dalam organisasi Nahdlatul Ulama, menjabat sebagai Wakil Rais Syuriah MWC NU Kecamatan Cangkringan hingga akhir hayatnya.
Pengabdian Hingga Akhir Hayat
Pada 26 Oktober 2010, Gunung Merapi kembali menunjukkan amarahnya. Awan panas setinggi 1,5 kilometer meluncur deras, melahap kawasan tempat Mbah Maridjan tinggal. Dengan penuh dedikasi, ia memilih bertahan di tempat, menjaga amanah sebagai penjaga Gunung Merapi. Jasadnya ditemukan bersama 16 korban lainnya, menegaskan pengorbanannya hingga akhir hayat.