Perang dan Perjuangan Melawan VOC
Tahun 1743, RM Said dinobatkan sebagai Raja di Madjarata oleh para bupati di Sukowati, dengan gelar Kanjeng Pangeran Adipati Mangkunagara. Namun, perjuangannya terus berlanjut karena perlawanan dari Kartasura dan VOC. Pada 1746, RM Said bergabung dengan pamannya, Pangeran Mangkubumi, untuk melawan VOC. Meskipun menghadapi banyak kekalahan, RM Said tetap gigih memperjuangkan keadilan.
Tiga Pertempuran Besar
- Pertempuran di Desa Kasatriyan (1752): RM Said bertahan melawan pasukan Pangeran Mangkubumi setelah menguasai Madiun, Magetan, dan Ponorogo.
- Pertempuran di Hutan Sitakepyak (1757): RM Said berhasil memukul mundur VOC meskipun pasukannya kecil, bahkan memenggal kepala Kapten Van Der Poll.
- Penyerbuan Benteng Vredenburg (1757): RM Said menyerbu benteng VOC sebagai balasan atas serangan mereka yang membakar desa-desa rakyat.
Akhir Perjuangan dan Perdamaian
Melihat perjuangan yang berlarut-larut, VOC dan Sinuhun Pakubuwana III mengajak RM Said berdamai. Dalam Perjanjian Salatiga (17 Maret 1757), RM Said diakui sebagai Adipati Miji (mandiri) dengan gelar Kanjeng Pangeran Adipati Arya Mangkunegara, dan memimpin wilayah Mangkunegaran di Surakarta.
Falsafah Tri Dharma
K.G.P.A.A. Mangkunagara I mengajarkan Falsafah Tri Dharma, yang menjadi pedoman pengabdian:
- Mulat Sarira Hangrasa Wani – Berani introspeksi diri.
- Rumangsa Melu Handarbeni – Merasa ikut memiliki.
- Wajib Melu Anggondheli – Berkewajiban ikut membela dan mempertahankan.
Perjuangan dan dedikasi RM Said diabadikan dalam Tugu Tri Dharma di kawasan Astana Mangadeg, Matesih, Karanganyar. Di lokasi ini, dipercaya RM Said menerima Wahyu Praja Mangkunegaran.